Pekat
Tak ada temaram malam ini
Sekedar mengusir gelap di lubuk jiwaku
Menghapus mendung yang sedang mencumbui ruang di hatiku
Hanya rintihan jangkrik turut meramaikan simphoni malam pekat
Pekat malam ini
Tak ada penanda masa depan
Seolah Membahasakan kepadaku
Tak ada masa depan di negeri ini
Pekat malam ini
Hanya bintang-bintang mencoba merayu
Memberi pijar pada lubuk jiwaku yang gelap
Menepis keresahan
Memberi jawaban atas keraguan pada kemahaan-Nya
Malamku berujung
Sebelum waktu merampas waktuku
Aku ingin bersaksi
Tentang sujudnya bintang-bintang
Kepada sang pemilik waktu
Malamku usai
Ada asa baru mulai menyesak di ufuk sana
Pertanda bintang-bintang tak lagi bintang
Aku ingin mejemput asa itu
Bermujahadah untuk kokoh di jalan-Nya
Seperti kokohnya karang
Tatkala ombak mebelainya dengan ganas
Bintang-bintang tak lagi bintang
Bintang-bintang kembali membintang
Tatkala senja mulai layu
Lalu pekat membawanya kembali membintang.
Mega Buana, Saat Senja mulai layu ku tumpahkan semua di sini
-2 hari menjelang Kongres Kema Unhas (18 Juli 2006)
Label:
puisi

Previous Article

Responses
0 Respones to "Sujud Bintang-Bintang"
Post a Comment