Tanggal 22 Desember merupakan hari yang bersejarah bagi kaum perempuan indonesia, terkhusus untuk kaum ibu. Betapa tidak, 47 tahun lalu tepatnya tahun 1959 presiden Soekrano menetapkan tanggal tersebut sebagai hari Nasional. Berawal dari bertemunya para pejuang wanita yang mengadakan kongres perempuan pada tahun 1928. Organisasi perempuan sendiri sebenarnya sudah lahir sejak tahun 1912. Kongres organisasi-organisasi perempuan pertama kali diadakan di Yokyakarta pada tanggal 22 Desember 1928. Kongres tersebut dikenal sebagai kongres perempuan namun kongres tersebut lebih dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Selanjutnya kongres serupa diadakan di Jakarta dan Bandung. Pada tahun 1950, pertama kalinya wanita menjadi menteri. Yang menjadi menteri pada waktu itu adalah Maria Ulfa. Momen tersebut merupakan momen yang sanagt penting bagi kaum perempuan. Pada masa pra kemerdekaan, kongres peempuan sangat berperan aktif dalam perjuangan kemerekaan serta terlibat dalam pergerakan internasional. Di sini terlihat jelas bagaimana peran mereka dalam perpolitikan indonesia.
Sayangnya semangat perempuan pendahulu mereka, justru berbanding terbalik dengan kondisi perempuan dalam konteks ke-kinian. Saat sekarang perempuan lebih disibukan oleh perdebatan yang nir-makna. Isu persamaan hak menjadi perdebatan yang selalu mengisi ruang dan waktu kaum perempuan. Padahal ruang untuk itu sebenarnya sudah sangat terbuka lebar. Permasalahannya bukan pada tertutupnya ruang atau akses bagi kaum perempuan, akan tetapi lebih kepada siapa yang mampu merebut kesempatan atau peluang itu. Celakanya lagi, momen-momen seperti ini (baca: hari ibu dan hari kartini) tidak dimaknai secara esensi atau spirit yang melatar belakangi lahirnya sejarah tersebut. Justru yang terjadi sebaliknya, perayaan-perayaan tersebut justru dimaknai hanya sebatas seremonial tahunan dan hanya bersifat simbolik saja. Lomba memasak, lomba hias penganten, lomba dance, lomba berkebaya, lomba mirip perempuan oleh waria, yang kesemuanya ini merupakan ritual simbolik yang sering kita lihat di kota maupun di sudut-sudut kampung. Padahal, kalau mereka mau sedikit membuka tabir sejarah, sesungguhnya mereka akan menemukan bagaimana heroiknya mereka dalam membela tanah air ini. Sayangnya itu semua menjadi lembar sejarah tanpa tersingkap sedikitpun oleh perempuan sekarang. Hari ibu hanya dimaknai dalam hal peran domestik (kasur, dapur, sumur dan mengurus anak). Misalnya saja, karena bertepatan dengan hari ibu, maka kita ramai-ramai memberikan penghormatan dengan membebas tugaskan ia dari rutinitas domestik. Padahal, itu hanyalah simbolis yang tanpa makna, bahkan terkesan ada unsur kasihannya.
Ibu Sebagai Sentrum Peradaban
Kalau anda tidak keberatan, maka saya berani mengatakan bahwa salah satu keajaiban dunia adalah perempuan. Bayangkan saja sesungguhnya peradaban dunia ini bermula dari mereka. Setiap perlakuan kita terhadap perempuan, maka itu akan mempengaruhi perilaku bayi yang dikandungnya. Artinya peradaban dan madrasah pertama, itu dimulai dari perempuan. Sayangnya tidak banyak orang yang memahami hal ini. Kasus kekerasan dalam dalam rumah tangga yang sering dilakukan oleh laki-laki (para suami), justru semakin akrab di keseharian kita. Media pun tak berhenti memberitakannya. Kasus pembunuhan atau pembuangan anak kandung oleh ibu kandungnya sendiri lantaran kehadirannya di muka bumi tak dikehendaki, juga semakin marak. Dan yang lebih menghebohkan lagi adalah seorang ibu yang tega membakar anak kandungnya lalu memakannya. Padahal seorang ibu harus memainkan perannya dalam mendesain pelaku peradaban. Agar tunas-tunas peradaban itu menjadi pewaris peradaban yang tangguh, sehingga mereka bisa mengemban amanah peradaban ke depannya. Maka tidak ada salahnya juga kalau kita mengatakan bahwa ibu adalah sentrum peradaban. Kepada ibu peradaban, saya ucapkan selamat hari ibu. Dan tak lupa pula, kepada perempuan yang telah menuntaskan masa kesendiriannya (menikah), selamat menikmati menjadi ibu.
Label:
Humaniora

Previous Article

Responses
3 Respones to "Peringatan Hari Ibu, Seremonial yang nir-Makna (Refleksi Hari Ibu 22 Desember 2006)"
akhirnya bisa posting lagi nih....
12/23/06, 11:08 PM
Ass.wr.wb.......masalah perempuan ane tetap concern dengan hal ini, tapi yang semakin miris adalah ruaang atau akses tersebut untuk komunitas tertentu nasih agak kaku bahkan cenderung sangat konservatif dengan ikhwan-ikhwannya..........saudara tahu jika angka perempuan gak melek huruf menurut data dari hasil research ane dengan tim UNDP adalah yang tertinggi sesudah Vietnam UNTUK WILAYAH INDDOnESIA YANG TERENDAH ADA DI DAERAH TIMUR SEPERTI NTT DAN NTB, belum lagi masalah tinggimya kematian Ibu melahirkan, tingkat partisipasi perempuan dalam politik,PENDAPATAN PERKAPITA PEREMPUAN YANG BEKERJA HINGGA ANGKA PELECEHAN SEKSUAL,VERBAL NON VERBAL DI TEMPAT KERJA, TERJADINYA DISKRIMINASI UPAH DAN SEGREGASI JABATAN BAGI PEREMPUAN.......
BuAT SAYA ADALAH SUATU PELECEHAN EKSISTENSI DAN PROFESI JIKA PEREMPUAN HANYA MAMPU JADI PERAWAT MENGAPA GAK BISA JADI DOKTER AHLI KANDUNGAN ATAU KEBIDANAN (YAANG SERING DILAKONI OLEH PARA PRIA),MENGAPA HANYA BISA JADI SEKRETARIS GAK BISA JADI DIREKTUR? DAN MASIH BANYAK KEGANJALAN LAINNYA.........
OH YA FEBRUARI INI ANE MAU RESEARCH TOURInG BERSAMA TIM UNDP,INDEF,WORLD BANK KE INDIA-bangladesh-CHINA,TAIWAN,SWISS DAN KANADA ada jadual ketemu dengan MUh.YUnus si penerima nobel perdamaian untuk mendengar lamgsumg kisah suksesnya memberantas kisah kemiskinan di BAngladesh...........
MUDAH-MUDAHAN ANTUM BISA MENCERAHKAN SETIAP ORANG DENGAN TULISAN YANG MENGGUGAH NA
LAR DAN HATI......
TERUS TERANG GAAK NYAMAN LAGI UNTUK BERADA DI KOMUNITAS IKHWAH UNTUK BERKARYA...........
BECAUSE OF I WAS BORN AS A NEW GENERATION OF THE YOUNG ECONOMIST............
1/25/07, 6:29 PM
ibu adalah sosok yg harus selalu kita hormati..
ibu adalah sosok yang selalu berkorban demi anak2nya..
ibu adalah seseorang yang menjadi panutan awal bagi kita sebagai anaknya..
informasi lain yg berkaitan dgn ibu dapat di lihat dalam links berikut:
http://orido.wordpress.com/2006/08/24/hotd-ibu/
semiga berguna..
wassalam.
2/27/07, 2:26 PM
Post a Comment