Awalnya tulisan ini hanya untuk mengomentari puisi dari keresahan anak muda bima di facebooknya
Laviet Arimachietapi pikiran saya tertumapah dan tidak dapat ditampung lagi oleh box komen di pusi tersebut karna keterbatasan karakter yg disediakan.
sedikit penggalan yg saya kutip :
"Bumi Bima, Dana Mbojo....
Maja Labo dahu begitu dijunjung tinggi..
Menjadi Petuah Emas atas hidup yang tak terganti......
Ngaha aina ngoho tetanam kuat di benak....
Menjadi Prinsip tak tergoyah silau harta......"
Mbojo mantoi bisa kita kembalikan. Bukan fisikly nya, tapi nilai dan kearifan lokal Bima itu sendiri. Mbojo ma ntoi bisa kembali jaya jika saja kita bangga dg kearifan lokal kita. Tapi yg terjadi sekarang, justru sebaliknya. Kita sangat miskin identitas, parahnya lagi Modernisasi yang kebablasan justru membuat generasi muda kita kehilangan identitasnya sebagai putra-putri Mbojo. Modernisasi yang kebablasan juga telah mengubur jiwa putra-putri Mbojo.
Mereka kehilangan karakter, cenderung ikut arus. Arus yang melenakan, arus hedonisme. Parahnya lagi, tidak banyak orang tua kita yang melestarikan secara lisan (baca : mengajarkan, menceritakan) kearifan lokal Bima. Ditambah lagi minimnya budaya baca dan tulis (baca: budaya literer) di kalangan masyarakat bima. Kita adalah (baca : Masyarakat bima termasuk generasi mudanya) adalah generasi yang tercerabut dari akarnya. Generasi yang lupa asal usulnya
Maka benarlah Milan Kundera dalam Novelnya "Kitab lupa dan Gelak-Tawa" [Bentang, 2000 : 4] bahwa perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa. Kekuasaan bisa dimaknai sebagai arus dominan dalam hal ini adalah modernisasi yang kebablasan, hedonisme dll. Milan Kundera juga mewanti-wanti kita lewat novelnya tersebut adalah "
Langkah pertama untuk memusnahkan sebuah bangsa adalah menghancurkan memorinya" "....Hancurkan buku-bukunya, kebudayaannya, dan sejarahnya" " Suruh seseorang untuk menulis buku2 baru, membuat kebudayaan baru dan membuat sejarah baru [2000: 262-263]
Kalo kita mengambil sampel negara, maka bisa kita bandingkan Indonesia dengan Jepang. Indonesia adalah bangsa yang besar, kaya akan budaya, nilai dan SDA maupun SDM. tapi kenyataannya indonesia mash belum bisa menunjukan eksistensinya di mata internasional. Kita dipecundangi oleh malaysia yg umurnya lebih muda dari kita. di era 70- 80-qn malaysia mengirim mahasiswanya untuk belajar di Indonesia. Hasilnya sekarang, malaysia jauh lebih maju dari kita dari segi pertumbuhan ekonomi. Ada apa? pasti ada yang salah! Ini karna kita kurang kuat memegang nilai atau kearifan lokal kita sendiri.
Bandingkan dengan Jepang! Negara sekecil itu sudah menantang Amaerika dan Rusia (Perang Dunia II). Bahkan markas Tentara Angkatan laut Amerika (Pearl Harbour-udah nonton film Pearl Harbour ga?) diobrak abrik oleh Jepang. inilah peritiwa yang melatar belakangi pengluluhlantahan kota Nagasaki dan Hirosima di Jepang.
Bayangkan, Jepang yang sekecil itu sudah menjajah negara2 yg ada di asia dan mengobrak-abrik Amerika termasuk Indonesia. Ada apa dengan Jepang? Itu karna jepang kokoh memegang erat nilai atau kearifan lokalnya sejak jaman nenek moyang mereka. Walaupun dalam kondisi modernisasi, mereka tetap teguh memegang nilai dan kearifan lokal mereka. Pertarungan kearifan lokal jepang dengan arus modernisasi setidak dapat sedikit tergambar juga dalam Film "The Last Samurai".
Bisakah kita (Masyarakat Bima) seperti Jepang? Jawabannya adalah bisa! Persoalannya adalah bukan pada soal bisa dan tidak bisanya, akan tetapi Persolan KEMAUAN. Mau ga kita seperti Jepang? Ayo kita mulai dari sekarang, mulai dari diri kita sendiri. Bangun dan Bentuk karakter kita dengan nilai luhur bangsa kita, agar menjadi bangsa yang berkarakter. Untuk mewujudkan cita2 besar, maka kita harus mulai dari yg kecil, dari diri sendiri dan lakukan sekarang. Jangan tunda-tunda karna hidup tidak mengenal kata tunda, LIVE SHOW MUST GO ON. Intinya "Think Big, Start Small, and Act Now"
So, mari kita mulai dari diri sendiri dulu.
Salam Maja Labo Dahu
Semoga ini bisa menjadi bahan kontempelasi (renungan) bagi kita, lalu mencoba mempraksiskannya (mengejahwantahkannya). Semoga!
facebook.com/aryantoabidin
aryantoabidin.blogspot.com